Langsung ke konten utama

Menerapkan stoicism adalah?

Menerapkan Stoicism dalam Kehidupan Sehari-Hari

Stoicism atau stoisisme adalah sebuah filosofi kuno yang berasal dari Yunani pada abad ke-3 SM, dikembangkan oleh Zeno dari Citium. Filosofi ini berfokus pada pengendalian diri, ketenangan pikiran, dan hidup sesuai dengan nilai-nilai kebajikan. Stoicism mengajarkan kita untuk menerima hal-hal yang berada di luar kendali kita dan berfokus pada apa yang bisa kita kendalikan. Dalam dunia yang penuh ketidakpastian, menerapkan stoicism dapat membantu kita menghadapi tantangan hidup dengan lebih bijaksana.

Berikut adalah langkah-langkah praktis untuk menerapkan stoicism dalam kehidupan sehari-hari:

1. Memahami Apa yang Bisa dan Tidak Bisa Dikendalikan

Salah satu prinsip utama stoicism adalah membedakan antara hal-hal yang berada dalam kendali kita dan yang tidak. Misalnya, tindakan, pemikiran, dan reaksi kita adalah hal-hal yang bisa kita kendalikan. Sebaliknya, opini orang lain, cuaca, atau kejadian tak terduga berada di luar kendali kita. Fokuslah pada hal-hal yang bisa kita kendalikan, dan lepaskan kekhawatiran terhadap hal-hal yang tidak bisa kita ubah.

2. Berlatih Mengendalikan Emosi

Stoicism mengajarkan bahwa emosi negatif seperti marah, sedih, atau cemas sering kali berasal dari persepsi kita terhadap suatu peristiwa, bukan peristiwa itu sendiri. Cobalah untuk merenungkan apakah respon emosional Anda terhadap suatu situasi benar-benar perlu. Dengan mengasah kesadaran ini, Anda bisa menjadi lebih tenang dan rasional.

3. Latih Diri dengan Pemikiran Terburuk (Premeditatio Malorum)

Stoics percaya pada konsep premeditatio malorum, yaitu membayangkan kemungkinan terburuk yang bisa terjadi. Misalnya, sebelum menghadapi presentasi penting, bayangkan bahwa ada kemungkinan presentasi Anda tidak berjalan sesuai harapan. Dengan cara ini, Anda lebih siap secara mental menghadapi situasi sulit, sekaligus lebih menghargai hasil yang baik.

4. Hidup Sesuai dengan Nilai Kebajikan

Stoicism menekankan empat kebajikan utama: kebijaksanaan, keberanian, keadilan, dan pengendalian diri. Setiap keputusan yang kita buat seharusnya didasarkan pada nilai-nilai ini. Hidup dengan kebajikan berarti kita selalu berusaha menjadi versi terbaik dari diri kita sendiri, tidak peduli situasinya.

5. Latih Diri untuk Bersyukur

Rasa syukur adalah bagian penting dari stoicism. Daripada fokus pada apa yang tidak kita miliki, fokuslah pada apa yang sudah kita miliki. Marcus Aurelius, salah satu tokoh stoicism, sering merenungkan hal-hal kecil yang membuat hidupnya bermakna. Bersyukur dapat membantu kita menjalani hidup dengan lebih bahagia dan tenang.

6. Terima Ketidakpastian Hidup

Stoicism mengajarkan kita untuk menerima bahwa hidup ini penuh dengan ketidakpastian. Alih-alih melawan atau menolak kenyataan, kita diajak untuk menerima apa adanya dan belajar darinya. Hal ini bukan berarti pasrah, melainkan beradaptasi dengan bijak terhadap situasi yang dihadapi.

7. Refleksi Harian

Setiap malam, luangkan waktu untuk merenungkan apa yang sudah Anda lakukan sepanjang hari. Tanyakan pada diri sendiri: Apakah saya telah hidup sesuai nilai-nilai saya? Apakah saya telah mengendalikan emosi saya? Refleksi ini membantu kita untuk terus berkembang menjadi pribadi yang lebih baik.

Penutup

Menerapkan stoicism bukan berarti hidup tanpa emosi atau menjadi tidak peduli. Sebaliknya, stoicism mengajarkan kita untuk hidup dengan penuh kesadaran, menerima kenyataan, dan fokus pada hal-hal yang benar-benar penting. Dalam dunia yang sering kali tidak menentu, stoicism adalah panduan untuk hidup lebih damai, bermakna, dan berorientasi pada kebajikan.

Seperti kata Marcus Aurelius, "Kebahagiaan hidupmu tergantung pada kualitas pikiranmu." Dengan menerapkan stoicism, kita dapat mengarahkan pikiran kita ke arah yang lebih positif dan produktif.

Bagikan

Salin Link | WhatsApp