Fungsi Baling-Baling Belakang pada Helikopter
Helikopter adalah salah satu jenis pesawat udara yang unik karena dapat lepas landas dan mendarat secara vertikal, melayang di udara, serta bergerak ke segala arah tanpa membutuhkan landasan panjang. Salah satu komponen penting dalam helikopter adalah baling-baling belakang, yang sering kali dianggap sebagai bagian sekunder tetapi sebenarnya memiliki peran krusial dalam kestabilan dan kendali penerbangan.
Mengapa Helikopter Membutuhkan Baling-Baling Belakang?
Ketika baling-baling utama helikopter berputar untuk menghasilkan daya angkat, ia juga menciptakan gaya reaksi berlawanan (sesuai dengan Hukum Ketiga Newton: setiap aksi memiliki reaksi yang sama besar tetapi berlawanan arah). Jika tidak ada mekanisme penyeimbang, badan helikopter akan ikut berputar dalam arah berlawanan dengan putaran baling-baling utama.
Di sinilah baling-baling belakang berperan: ia menghasilkan gaya dorong lateral (ke samping) yang menyeimbangkan torsi dari baling-baling utama sehingga helikopter tetap stabil dan tidak berputar tak terkendali.
Fungsi Utama Baling-Baling Belakang
-
Menyeimbangkan Torsi dari Baling-Baling Utama
- Seperti yang disebutkan sebelumnya, baling-baling belakang membantu mengimbangi efek rotasi baling-baling utama agar helikopter tetap menghadap ke arah yang diinginkan.
-
Mengontrol Arah Helikopter (Yaw Control)
- Pilot dapat mengubah sudut serang bilah baling-baling belakang menggunakan pedal di kokpit.
- Jika pedal kiri ditekan, baling-baling belakang menghasilkan lebih sedikit gaya dorong, sehingga helikopter akan berputar ke kiri.
- Jika pedal kanan ditekan, baling-baling belakang menghasilkan lebih banyak gaya dorong, sehingga helikopter berputar ke kanan.
-
Membantu Manuver dan Stabilitas Terbang
- Selain menjaga kestabilan, baling-baling belakang juga memungkinkan pilot untuk melakukan berbagai manuver dengan lebih mudah, terutama saat melayang di udara atau berpindah posisi ke samping.
Jenis-Jenis Sistem Anti-Torsi pada Helikopter
Tidak semua helikopter menggunakan baling-baling belakang konvensional. Beberapa desain alternatif telah dikembangkan untuk mengontrol efek torsi dengan cara yang berbeda:
-
Fenestron (Baling-Baling Tertutup)
- Sistem ini menggunakan baling-baling belakang yang tertutup dalam saluran berbentuk lingkaran untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi kebisingan.
- Contoh: Helikopter Airbus H145.
-
NOTAR (No Tail Rotor)
- Menggunakan aliran udara dari mesin yang diarahkan melalui ekor untuk menghasilkan gaya dorong lateral, menggantikan fungsi baling-baling belakang tradisional.
- Contoh: Helikopter MD 520N.
-
Coaxial Rotors (Dua Rotor Berlawanan Arah)
- Helikopter dengan dua rotor utama yang berputar dalam arah berlawanan, sehingga torsi otomatis saling mengimbangi tanpa perlu baling-baling belakang.
- Contoh: Kamov Ka-52 dari Rusia.
Kesimpulan
Baling-baling belakang pada helikopter bukan hanya sekadar aksesori, tetapi merupakan komponen vital yang menjaga kestabilan dan memungkinkan kendali arah penerbangan. Tanpa baling-baling belakang (atau sistem pengganti seperti NOTAR dan rotor coaxial), helikopter tidak akan bisa dikendalikan dengan baik dan berisiko kehilangan kendali di udara. Oleh karena itu, memahami cara kerja baling-baling belakang sangat penting, baik bagi pilot, teknisi, maupun penggemar dunia penerbangan.