Botol PET warna hijau sebenarnya bisa didaur ulang, tetapi sering dianggap tidak layak atau tidak diterima oleh banyak pabrik daur ulang. Ini membuat seolah-olah “tidak bisa diproses”. Ada beberapa alasan teknis dan ekonominya:
1. Warna hijau membatasi penggunaan ulang
PET bening (transparan) paling mudah dijual karena bisa dipakai ulang untuk berbagai produk seperti botol minuman baru, kemasan makanan, dan serat tekstil.
Sedangkan PET hijau:
- Hanya bisa digunakan untuk produk gelap atau berwarna tertentu
- Tidak bisa kembali menjadi botol minuman bening
- Kualitasnya turun jika dicampur dengan PET bening
Karena pasarnya sempit, banyak pabrik memilih tidak menerima.
2. Nilai ekonominya rendah
Pabrik daur ulang lebih mencari PET bening karena:
- Harga jual lebih tinggi
- Permintaannya lebih besar
- Hasil olahannya lebih serbaguna
PET hijau lebih murah, sehingga sering tidak menguntungkan untuk diproses.
3. Masalah kontaminasi warna
Saat didaur ulang, warna hijau akan:
- Mencampuri batch PET lain
- Menghasilkan warna kusam
- Menurunkan kualitas resin
Satu botol hijau yang tercampur dalam ribuan botol bening bisa merusak satu batch daur ulang, membuat pabrik rugi.
4. Pabrik di Indonesia lebih fokus PET bening
Kebanyakan pabrik daur ulang lokal memprioritaskan:
- PET bening
- PET biru muda (Aqua)
PET hijau jarang dipakai pada industri botol minum di Indonesia, sehingga limbahnya tidak punya pembeli besar.
5. Hanya bisa digunakan untuk produk tertentu
PET hijau biasanya berakhir menjadi:
- Serat polyester untuk karpet
- Bahan tekstil gelap
- Tali rafia
- Produk non-makanan
Karena industri ini tidak sebanyak industri botol minum, permintaan PET hijau kecil.
Ringkasnya:
Botol PET hijau bukan tidak bisa diproses, tapi tidak ekonomis dan tidak punya banyak pembeli. Oleh karena itu, banyak pengepul dan pabrik menolak, sehingga terlihat seperti “tidak bisa didaur ulang”.